Masa Muda Masa adalah Masa yang Berapi-api

by 22.36 0 komentar

Suatu malam saya menerima undangan malam persembahan angkatan baru di kampus. Awalnya, enggan sekali untuk datang memenuhi undangan tersebut. Tetapi, beberapa sms yang masuk seolah memaksa kedatanganku dan tak kuasa membendung rasa rindu ini pada dunia kampus. Dilema, itulah yang terjadi malam itu, antara senang dan sedih. Senang karena bisa melihat adek-adek kelas lepas tertawa dan bahagia tanpa beban, tapi sedih melihat diri sendiri yang terlalu cepat menjadi tua.
“Masa muda, masa yang berapi-api” begitu syair lagu bang haji rhoma irama, penyanyi berbakat sepanjang masa. Tahukah kawan, masa muda datangnya hanya sekali. Tetapi banyak orang yang membuang begitu saja kesempatan berlian ini, dan menggantinya dengan mandi dalam lumpur fatamorgana kehidupan. Pemuda tipe ini berdalih “mumpung masih muda” gunakan sesukamu.
Saya tidak mencela kegiatan senang-senang yang dilakukan anak muda, karena hal itu juga perlu didalam pengembangan kepribadian seseorang. Hal yang ditekankan disini lebih kepada tingkat kedewasaannya. Kedewasaan seseorang bisa diukur dari sikap mereka terhadap makna kehidupan.
Setiap dari perjalanan hidup ini mengandung makna yang dalam untuk dipelajari. Bahkan saat kita duduk di toilet sekalipun. Namun, naskah drama kehidupan yang dituliskan sempurna oleh Tuhan terlalu kita anggap remeh. Sebagian anak muda sepakat mengenai teori hidup itu masih panjang.
Saya beruntung sekali memiliki banyak tipe dari teman mulai dari yang paling alim dan taat hingga yang ekstrem mati karena overdosis narkoba. Perbedaan tipe itu adalah pelajaran untuk saya ambil hikmahnya (pesan Tuhan). Banyak pemuda yang hanya duduk-duduk di warung atau tempat nongkrong hanya untuk berbicara ngalor ngidul tak jelas. Ada pula yang terus menunda kelulusannya hanya karena takut statusnya menjadi pengangguran. Sungguh kasihan ! tapi itulah realitas, sulit dipaparkan pemahamannya dari otak ke otak.
Andai mahasiswa tahu kehidupan diluar adalah begitu kerasnya, mereka pasti menyesal. Tentu saja menyesal, karena tak pernah menempa diri di kampus sebelumnya. Ya, kampus adalah tempat yang paling ideal untuk menempa diri sebelum terjun ke palung kehidupan masyarakat nyata. Setidaknya 80% dari fresh graduated dari jurusanku adalah tak jelas profesinya saat ini. Termasuk aku, tapi aku bersyukur meskipun tak punya penghasilan tetap tapi tetap punya penghasilan.
Jadilah pelopor, jangan jadi pengekor. Tempa dirimu sekuat mungkin sebelum badai keras menyerat dalam lubang kebinasaan yang menghancurkan. Menyesal adalah kata yang tidak pernah ditemukan didalam kamus para pejuang kehidupan.

iqbal

Author

Seorang dosen di sebuah Universitas Swasta yang memiliki cita-cita besar untuk sebuah peradaban | pecinta onde-onde panas

0 komentar:

Posting Komentar